Naskah kuno merupakan dokumen dalam berbagai
bentuk apapun, baik ditulis tangan maupun diketik yang pada umumnya masih dalam
bentuk lembaran atau belum dicetak (dijadikan buku) dan telah berumur
berpuluh-puluh tahun. Naskah kuno atau dokumen kuno tentu menyimpan banyak
informasi yang berharga baik ditinjau dari sejarah maupun yang berasal dari
informasi pada naskah tersebut.
Naskah
kuno yang telah berusia berpuluh-puluh tahun, misal saja dokumen yang telah
berusia 50 tahun. Jika disimpan lama-kelamaan akan mengalami kerusakan bahkan
hingga isi dari dokumen tersebut tidak bisa dibaca lagi. Untuk mengatasi hal
tersebut maka dilakukanlah preservasi naskah. Dimana tujuan dari preservasi
naskah adalah untuk memelihara dan mengawetkan fisik maupun teks dari naskah
tersebut.
Pendekatan
dalam mengkaji warisan kebudayaan sastra yang tertuang dalam naskah:
A. Filologi
Filologi ilmu yang
mempelajari naskah-naskah lama untuk menetapkan keasliannya, bentuknya semuala,
makna isinya, serta konteks penulisannya.
B. Kodikologi
Kodikologi adalah ilmu
mengenai naskah-naskah dan digunakan untuk melakukan preservasi fisik naskah.
Ada
beberapa cara untuk memelihara dan mengawetkan naskah kuno tersebut. Berikut
penjelasannya:
1. Pelestarian
Fisik Naskah
Pelestarian fisik naskah
lebih ditujukan pada pemiliharaan agar bentuk fisik naskah tetap uth dan awet
sehingga tidak rusak dan bisa tahan lama. Caranya adalah:
a. Konservasi
Konservasi dilakukan
denagan tujuan memperpanjang usia naskah. Konservasi dapat dilakukan dengan
cara pertama difumigasi minimal satu kali setahun. Kedua, disimpan dalam
ruangan khusus dengan suhu kurang lebih 16 C selama 24 jam dengan kelembaban
udara 50-55%.
Cara lainnya ialah:
Naskah kuno atau manuskrip mengandung kadar asam yang berasal dari tinta yang
digunakan. Tinta yang digunakan pada manuskrip terbuat dari karbon, biasanya
jelaga yang dicampur dengan gum arabic. Tinta
ini menghasilkan gambar yang sangat stabil. Agar kondisinya tetap baik,
keasaman yang terkandung dalam naskah tersebut harus dihilangkan. Setelah
keasamannya hilang, manuskrip dibungkus dengan kertas khusus, lalu disimpan
dalam kotak karton bebas asam. Ini merupakan salah satu cara melakukan
konservasi terhadap manuskrip.
b. Restorasi
Selanjutnya setelah
melalui tahap konservasi, maka lakukan tahap restorasi. Restorasi ialah mengembalikan
keutuhan kertas serta jilidannya dengan tujuan naskah tersebut bisa disimpan
dan bertahan lebih lama. Dalam melakukan restorasi, sebaiknya harus melihat
keadaan manuskrip tersebut. Sebab setiap kerusakan fisik perlu ditangani dengan
cara yang berbeda. Hal ini penting karena manuskrip yang rusak bisa saja
berbeda dan bermacam-maca, tergantung sebab dan jenis kerusakan.
Langkah-langkah
melakukan restorasi naskah kuno antara lain:
·
Membersihkan
dan melakukan fumigasi.
·
Melapisi
dengan kertas khusus (doorslagh) pada lembaran naskah yang rentan.
·
Memperbaiki
lembaran naskah yang rusak dengan bahan arsip.
·
Menempatkan
di dalam temapat/lemari yang aman.
·
Menempatkan
pada ruangan ber-AC dengan suhu udara teratur.
2. Pelestarian
Teks dalam Naskah
Pelestarian teks dalam
naskah merupakan suatu upaya melestarikan teks-teks yang terkandung di dalamnya
melalui pembuatan salinan (backup data) ke dalam media lain, sehingga isi teks
naskah kuno atau dokumen kuno tersebut tetap bisa dilestarikan dan
dipertahankan meskipun naskah fisik rusak, musnah akibat bencana alam atau
terbakar. Cara yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:
a. Digitalisasi
Digitalisasi naskah
atau dokumen dapat menggunakan dua jenis alat kamera dan mesin scanner.
Digitalisasi dengan
kamera, perlengkapan yang diperlukan adalah:
Kamera
kamera reflex dengan
lensa tunggal (DSLR/ Digital Single Lens Reflex). Kamera DSLR tersebut harus:
·
Memiliki
resolusi terendah 5.1 megapixel.
·
Mampu
menghasilkan foto dalam format RAW, yakni format foto mentah yang menyerap
semua karakter objek foto seperti warna, cahaya, dan tulisan. Sebuah foto dalam
format RAW perlu diolah dan dikonversi
menjadi format JPEG (Joint Photographic Expert Group) atau TIFF (Tagged Image
File Format).
·
Memiliki
fitur remote live view shooting yang memudahkan pengambilan gambar melalui
komputer, PC atau laptop.
Tripod
Alat
yang berkaki tiga yang berfungsi untuk menahan beban kamera agar bisa melakukan
perekaman tanpa dipegang oleh pemilik atau pemakainya sehingga kamera tidak
bergerak serta menghasilkan foto yang stabil dan bagus.
Lampu untuk pencahayaan
Melakukan
digitalisasi dengan menggunakan kamera, harus menggunakan pencahayaan yang
stabil. Untuk itu digunakan lampu yang dipasang menyesuaikan posisi naskah dan
usahakan untuk tidak membuat munculnya bayanagan naskah. Pada proses ini
dianjurkan menggunakan lampu studio (studio lighting) agar mendapatkan hasil
yang maksimal.
Satu set komputer atau laptop beserta
software
spesifikasi komputer untuk digitalisasi naskah kuno
ialah:
·
Menggunakan
prosesor dengan kecepatan yang maksimal.
Kecepatan diperlukan ketika proses konversi puluhan ribu file foto RAW
ke TIFF atau JPEG.
·
Jika
menggunakan PC sebaiknya menggunakan layar datar (LCD) agar kerja menjadi lebih
efisien.
·
Lengkapi
komputer dengan software yang disediakan oleh perangkat kamera.
Harddisk
Harddisk digunakan
untuk menyimpan file-file foto yang dihasilkan.
Second battery
Sediakan baterai
cadangan untuk kamera agar tidak terjadi gangguan ketika baterai habis.
Kabel ekstension
Kabel ekstention
digunakan untuk menggubakan berbagai alat elektonik secara bersamaan, seperti
laptop atau komputer, battery charger dan lainnya.
Compact flash (CF) dan card reader
alat penyimpanan manual
jika pengambilan foto dilakukan secara manual dan card reader untuk
memindahakan data ke harddisk.
Kain latar
Kain latar digunakan
untuk menghilangkan fokus objek di sekeliling naskah yang akan difoto sehingga
objek (naskah) tampak jelas. Untuk hasil yang maksimal gunakan kain latar yang
berwarna gelap dan tidak mengkilap. Kemudian lakukan pemotretan di ruang terbuka.
Kaca
Gunakan kaca untuk menghasilkan foto dengan permukaan
yang datar. Setiap halaman naskah ditindih menggunakan kaca polos yang
berukuran lebih besar dari naskah sehingga bisa menutupi halaman naskah yang
kan difoto. Kaca yang digunakan sebaiknya kaca khusus museum yang tidak
memiliki efek pantul.
Colour checker dan penggaris
Colour checker adalah
alat yang digunakan untuk mengukur akurasi, kualitas, konsistensi warna objek
yang dihasilkan. Colour checker digunakan untuk mengatur standar pencahayaan
yang kurang alami. Penggaris digunakan untuk mengukur ukuran naskah yang
difoto.
Pengganjal penyeimbang
Pengganjal ini
digunakan untuk menyeimbangi sisi salah satu naskah sehingga tetap rata ketika
memotret sebuah naskah yang tebal. Biasanya pengganjal yang digunakan berupa
busa atau benda yang cukup elastis sehingga dapat mengikuti keseimbangan
ketebalan naskah.
Kuas
Kuas digunakan untuk
membersihkan atau menyapu naskah yang rusak sehingga naskah menjadi lebih
bersih dan terlihat jelas. Terutama untuk membersihkan debu-debu yang menempel
pada naskah.
Masker
Untuk menghindari debu
yang berhambuaran saat membersihkan naskah gunakanlah masker.
Lembar isian metadata
Dalam setiap aktivitas
digitalisasi naskah harus selalu disediakan lembar isian metadat atau borang
yang harus diisi seiring denagan kegiatan pengambilan gambar.
Cakram padat atau DVD
Cakram dan DVD
digunakan untuk keperluan penggandaan foto hasil digitalisasi.
Scanner
Hasil pendigitalisasi
dengan menggunakan scanner berupa gambar denganformat yang biasnya adalah JPEG.
Kemudian dengan perangkat lunak tertentu untuk di-edit. Cara kerja scanner:
1.
Penekana
tombol mouse dari komputer menggerakkan pengendali kecepatan pada mesin
scanner. Mesin yang terletak dalam scanner tersebut mengendalikan proses
pengiriman ke unit scanning.
2.
Kemudian
unit scanning menempatkan proses pengiriman ke tempat atau jalur yang sesuai
untuk langsung memulai scanning.
3.
Nyala
lampu yang terlihat pada scanner menandakan bahwa kegiatan scanning sudah mulai
dilakukan.
4.
Setelah
nyala lampu sudah tidak ada, itu tandanya proses scan sudah selesai dan
hasilnya dapat dilihat pada layar monitor.
5.
Apabila
hasil atau tampilan teks/gambar ingin dirubah, kita dapat merubahnya dengan
menggunakan software-software aplikasi yang ada. Misalnya denagn photoshop,
adobe dan pot scanned.
Pada proses
pendigitalisasi dilakukan juga proses pendiskripsian naskah, salah satunya pendiskripsian
fisik naskah dalam kodikologi. Tujuannya adalah untuk membuat katalog, namun
tidak hanya fisik naskah saja tapi juga isi naskah.
b. Disalin
ulang
Cara dengan menyalin
ulang naskah data agar bisa bertahan lebih lama dapat dilakukan dengan menyalin
kembali semua data pada naskah kuno atau informasi yang ada ke dalam naskah
baru yang lebih bagus. Dengan cara ini informasi tetap bisa dilestarikan
meskipun dalam bentuk copy-an atau
bukan data asli.
c. Dialih
aksarakan
Informasi yang ada pada
naskah dialihkan aksaranya ke dalam bahasa yang mudah dimengerti oleh orang
umum. Misal dari aksara arab atau jawa.
d. Diterjemahkan
Penerjemahan dilakukan
agar informasi dapat dipahami dan dimengerti oleh orang umum.
Contoh yang saya ambil:
Preservasi
dan Nonservasi Naskah Kuno di Perpustakaan Kraton Yogyakarta
Perpustakaan yang
diambil sebagai contoh, dari 4 perpustakaan yang ada di Kraton Yogyakarta adlah
perpustakaan Kawedanan Ageng Punakawanan Widya Budaya atau lebih dikenal dengan
Perpustakaan Widya Budaya. Di dalam perpustakaan ini tersimpan banyak sekali naskah-naskah
kuno yang merupakan warisan sejarah dan warisan budya. Naskah-naskah tersebut
sudah sanagt tua dan kebanyakan dari masa sesudah HB III. Untuk melestarikan naskah-naskah kuno
tersebut maka dilakukan preservasi dan konservasi di lokasi objek kajian. Hal
ini juga dilakukan dengan bekerja sama denagna lembaga lain, laboratorium
preservasi dan pengunjung serta staff yang bekerja di perpustakaan.
Caranya adalah sebagai
berikut:
Memberikan peraturan
kepada pengunjung perpustakaan
·
Setiap
pengunjung harus memperlakukan naskah/manuskrip dengan baik dan hati-hati agar
naskah terjaga keaslian dan keutuhannya.
·
Setiap
pengunjung harus membersihkan dan mengeringkan tangan sebelum memegang
naskah/manuskrip sendiri, terutama ketika tanagn kotor atau berkeringat.
·
Pengunjung
tidak boleh mengambil naskah/manuskrip sendiri, melainkan diambilkan oleh
petugas perpustkaan.
·
Setiap
pengunjung hanya boleh membaca satu naskah dalam satu waktu. Membaca naskah
yang lain diperbolekan dengan syarat naskah yang sebelumnya telah dikembalikan.
·
Supaya
kondisi naskah dan penjilidannya tetap terjaga dengan baik, ketika membuka dan
membaca naskah sebaiknya diberi alas bantal.
·
Gunkan
bookmark (pembatas buku) dari kertas dan bukan dari besi atau kulit karena
cenderung akan mengotori naskah dan dapat merusaka naskah.
·
Jangan
menggunakan pulpen dekat dengan naskah suapaya naskah aman dari coretan tinta
secara tidak sengaja.
·
Jangan
menempelkan atau meletakkna alat tulis atau barang-barang yang dapat mengotori
atau membuat kerusakan pada naskah. Seperti stiker, meltakakn makanan dan
minuman.
·
Mengembalikan
naskah yang selesai dibaca pada tempatnya atau dikembalikan oleh petugas.
Preservasi dan
konservasi di perpustakaan Widya Budaya dilakukan dengan kerja sama antara
Universitas Leipzig Jerman denagan pihak Kraton Yogyakarta. Saat ini telah
dilakukan digitalisasi terhadap 273 naskah kuno. Hasil digitalisasi disimpan di
harddisk, di simpan di Perpustakaan Widya Budaya dan disimpan Sultan. Demi
keamanan data, satu kopian data disimpan tempat terpisah untuk mengantispasi
terjadinya bencana alam.
Dengan cara-cara yang telah dijelskan diatas,
informasi pada naskah kuno atau naskah kuno dalam bentuk fisik bisa bertahan
lebih lama.
Sumber:
http://sarifconan.blogspot.com
No comments:
Post a Comment